Selasa, September 08, 2009

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 38 TAHUN 1999 
TENTANG 
PENGELOLAAN ZAKAT 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 

 

Menimbang bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing; 
bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat; 
bahwa zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu; 
bahwa upaya penyempurnaan sistem pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan zakat lebih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan; 
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut pada butir a,b,c, dan d, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat; 

Mengingat Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 29, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; 
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara; 
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3400); 
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 

   
 


Dengan Persetujuan 
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : 

 

Memutuskan  
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT 

   

BAB 1 
KETENTUAN UMUM 

Pasal 1 

   
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. 
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 
Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. 
Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. 
Agama adalah agama Islam. 
Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi bidang agama. 
   

   
Pasal 2 

   
Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat. 
   

   
Pasal 3 

   
Pemerintahan berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzzaki, mustahiq, dan amil zakat. 

   

BAB II 
ASAS DAN TUJUAN 

Pasal 4 

   
Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 
   

   
Pasal 5 

   
Pengelolaan zakat bertujuan: 
meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama; 
meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial; 
meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. 

   

BAB III 
ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT 

Pasal 6 

  Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah. 
Pembentukan badan amil zakat: 
nasional oleh Presiden atas usul Menteri; 
daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama propinsi; 
daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota; 
kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecematan. 
Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif. 
Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu 
Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas, dan unsur pelaksana. 
   

   
Pasal 7 

  Lembaga amil zakat dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah. 
Lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan yang diatur lebih lanjut oleh Menteri. 
   

   
Pasal 8 

   
Badan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. 
   

   
Pasal 9 

   
Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya. 
   

   
Pasal 10 

   
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan tata kerja badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri. 

   

BAB IV 
PENGUMPULAN ZAKAT 

Pasal 11 

  Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah. 
Harta yang dikenai zakat adalah: 
emas,perak, dan uang; 
perdagangan dan perusahaan; 
hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; 
hasil pertambangan; 
hasil peternakan; 
hasil pendapatan dan jasa; 
rikaz 
Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama. 
   

   
Pasal 12 

  Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara menerima atau mengambil dari muzzaki atas dasar pemberitahuan muzzaki. 
Badan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzzaki yang berada di bank atas permintaan muzzaki. 
   

   
Pasal 13 

   
Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat. 
   

   
Pasal 14 

  Muzzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama. 
Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) muzzaki dapat meminta bantuan kepada badan amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzzaki untuk menghitungnya. 
Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat ata lembaga amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
   

   
Pasal 15 

   
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri. 

   

BAB V 
PENDAYAGUNAAN ZAKAT 

Pasal 16 

  Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama. 
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif. 
Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri. 

   

Pasal 17 

   
Hasil penerimaan infaq, shadaqa, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif. 

   

BAB VI 
PENGAWASAN 

Pasal 18 

  Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan oleh unsur pengawas sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 6 ayat (5). 
Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota. 
Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil zakat. 
Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan amil zakat, unsur pengawas dapat emminta bantuan akuntan publik. 
   

   
Pasal 19 

   
Badan amil zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia atau kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan tingkatannya. 
   

   
Pasal 20 

   
Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil zakat dan lembaga amil zakat. 

   

BAB VII 
SANKSI 

Pasal 21 

  Setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sabagimana dimaksudkan dalam Pasal 8, Pasal 12, dan Pasal 13 dalam undang-undang ini diancam dengan hukuman kurunngan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyanya Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). 
Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan pelanggaran. 
Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 

   

BAB VIII 
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN 

Pasal 22 

   
Dalam hal muzzaki berada atau menetap di luar negeri, pengumpulan zakatnya dilakukan oleh unit pengumpul zakat pada perwakilan Repulik Indonesia, yang selanjutnya diteruskan kepada badan amil zakat Nasional. 
   

   
Pasal 23 

   
Dalam menunjang pelaksanaan tugas badan amil zakat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 8, pemerintah wajib membantu biaya operasional badan amil zakat. 

   

BAB IX 
KETENTUAN PERALIHAN 

Pasal 24 

  Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan zakat masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-undang ini. 
Selambat-lambatnya dua tahn sejak diundangkannya undang-undang ini, setiap organisasi pengelola zakat yang telah ada wajib menyesuaikan menurut ketentuan Undang-undang ini. 

   

BAB X 
PENUTUP 

Pasal 25 

   
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 
   

   
   
Disahkan di Jakarta 
pada tanggal 23 September 1999 

   
   
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 
ttd 
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE 

   
  

   
Diundangkan di Jakarta 
pada tanggal 23 September 1999 

   
   
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA 
REPUBLIK INDONESIA 
ttd 
MULADI 

  


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 164 

  

Salinan sesuai dengan aslinya 
SEKRETARIAT KABINET RI 
Kepala biro Peraturan 
Perundang-undangan II 
Plt. 
Edy Sudibyo