Senin, Oktober 12, 2009

Bekatul, Murah Tetapi Berkhasiat

Bekatul, Murah Tetapi Berkhasiat
Oleh Letkol TNI (Purn) dr. Liem

SAYA menguraikan pengalaman menggunakan bekatul sebagai makanan tambahan dalam mengobati penyakit selama kurun waktu antara 5 – 10 tahun. Saya sekarang sudah berumur 78 tahun dan sudah berpraktik sebagai dokter militer dan dokter umum kurang lebih 40 tahun.

Sebelum mengulas tentang bekatul, sebagai pendahuluan saya ingin memperkenalkan tentang vitamin B15, yang sebagian besar dokter di Indonesia mungkin belum dikenal.

Vitamin B15, disebut juga Pangamic acid atau menurut struktur kimianya disebut Gluconodimethylamino-acetic-acid, ditemukan oleh seorang dokter ahli biokimia, Dr. Krebs Junior dari San Francisco AS, tahun 1952. Penemuan dokter tersebut ditentang oleh Food & Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (Depkesnya AS).

Dr. Krebs dan teman-temannya kemudian mengembangkannya secara diam-diam di Uni Soviet, dalam kurun 10 tahun B15 sudah dipakai secara luas sebagai obat umum. Penyakit yang diobati dengan B15 diantaranya kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi
(hipertensi), bengek (asma), kolestrol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair insuffsiency), serta penyakit hati.

Menurut Udalov (seorang peneliti Rusia), vitamin B15 merupakan sumber gugusan methyl yang labil (mudah dilepas dari ikatan induknya), sangat diperlukan dalam proses metabolisme melalui proses methylation untuk pembentukan adrenalin (zat antiasma).

Methylation juga sangat esensial bagi pembentukan phosphocreatin, zat penting untuk metabolisme otot jantung dan tubuh.

Vitamin B15 juga dapat meningkatkan oksigen intake di dalam otak serta menambah sirkulasi darah perifier dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

Kandungan bekatul

Di Indonesia, B15 tidak beredar. Jika ada juga mungkin sangat terbatas. B15 di Indonesia ditemukan dalam bentuk rice brand (dedak) alias bekatul.

Masyarakat pedesaan sudah terbiasa makan bekatul, karena beras yang mereka makan adalah beras tumbuk yang masih mengandung sekira 50% bekatul. Oleh warga masyarakat di pedesaan, bekatul biasa diolah menjadi aneka makanan di antaranya dalam bentuk papais (dipepes) atau bubur.

Bekatul kaya kandungan protein, mineral, lemak, vitamin B kompleks (B1, B2, B3, B5, B6, dan B15), serta serat pencernaan (dietary fibres). Konsentrasi B15 per 100 gram paling tinggi pada bekatul (200 mg), kemudian pada jagung 150 mg, havermut 100 mg, dan pada dedak gandum 30 mg.